Erupsi.com, MEDAN – Gunung Kerinci di perbatasan Jambi dan Sumatera Barat memperlihatkan peningkatan aktivitas vulkanik kurun sebulan belakangan.
Gunung api tertinggi di Indonesia tersebut sudah tercatat tiga kali erupsi pada tahun 2022. Letusan pertama terjadi pada Kamis (20/10/2022) lalu.
Sepekan kemudian, letusan kedua terjadi. Tepatnya pada Kamis (27/10/2022). Teranyar, Gunung Kerinci erupsi pada Selasa (1/11/2022).
Menurut pakar vulkanologi Surono, Gunung Kerinci tergolong gunung api muda. Gunung itu kini menyandang status Level II atau Waspada.
“Letusannya hanya abu dan abu. Seperti gunung api muda pada umumnya, material letusan sebagian besar jatuh di sekitar puncak. Supaya Kerinci semakin tinggi dan besar, abunya terbang jauh,” kata Surono kepada Erupsi, Kamis (3/11/2022).
Surono merupakan mantan Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. Menurut lelaki yang biasa disapa Mbah Rono ini, Gunung Kerinci melontarkan abu dengan ketinggian kolom hanya sekitar ratusan meter dari puncak. Sehingga dianggap tidak terlalu berbahaya.
Surono mengatakan, Gunung Kerinci memang tergolong aktif dan sudah sering meletus sejak dulu. Material letusan dominan berupa abu.
Di samping itu, letusan Gunung Kerinci kali ini diprediksi juga tidak akan berpengaruh terhadap peningkatan aktivitas vulkanik beberapa gunung api di sekitarnya.
“Tinggi letusan orde ratusan meter dari puncak, tidak bahaya, hanya heboh beritanya saja. Daerah bahaya paling sekitar radius 3 kilometer dari puncak,” kata Surono.
Erupsi Gunung Kerinci Tahun Ini
Berdasar catatan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi pada tahun ini, Gunung Kerinci mulai mengalami peningkatan vulkanik sejak pertengahan Oktober 2022 lalu.
Saat letusan pertama terjadi pada Kamis (20/10/2022) pukul 07:03 WIB, Gunung Kerinci melontarkan tinggi kolom abu teramati sekitar 750 meter dari atas puncak.
Letusan ini disusul Gunung Ibu di Maluku Utara yang juga erupsi pada pukul 07:31 WIB. Gunung Ibu juga melontarkan abu dengan tinggi kolom nyaris sama dengan Gunung Kerinci, yakni 800 meter dari atas puncak.
Ketika Kerinci meletus, otoritas mulai menerbitkan peringatan kepada masyarakat maupun wisatawan di sekitar gunung dalam radius 3 kilometer dari kawah (KRB III).
Penerbangan pesawat juga diimbau menghindari area sekitar Gunung Kerinci karena saat itu berpotensi kembali meletus secara tiba-tiba. Letusan abu dari erupsi gunung tersebut dikhawatirkan bakal mengganggu jalur penerbangan.
Erupsi Gunung Kerinci kedua kemudian terjadi pada Kamis (27/10/2022) pukul 17:58 WIB. Kali ini, tinggi kolom abu yang dilontarkan hanya sekitar 300 meter dari atas puncak.
Letusan kedua terjadi selang sepekan sejak erupsi pertama Gunung Kerinci pada tahun 2022 terjadi. Erupsi Gunung Kerinci pada hari itu diiringi dengan aktivitas serupa pada Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda, Lampung.
Pendakian Gunung Kerinci Ditutup
Hingga erupsi ketiga Gunung Kerinci terjadi pada Selasa (1/11/2022) pukul 16:59 WIB dengan ketinggian kolom abu yang cenderung menurun dari sebelumnya.
Menurut petugas Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Irwan Safwan, erupsi Gunung Kerinci kali ini melontarkan abu dengan kolom setinggi sekitar 200 meter dari atas puncak.
“Kolom abu teramati berwarna kelabu hingga coklat dengan intensitas sedang hingga tebal ke arah utara dan timur laut. Erupsi ini terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 6 mm dan durasi 500 detik,” tulis Irwan dilansir dari situs Magma Indonesia.
Sampai saat ini, masyarakat di sekitar Gunung Kerinci masih dilarang beraktivitas dalam jarak radius 3 kilometer dari kawah. Begitu pula dengan jalur pendakian yang masih ditutup bagi pengunjung.
“Sebaiknya jalur penerbangan di sekitar Gunung Kerinci dihindari. Karena sewaktu-waktu masih memiliki potensi letusan abu dengan ketinggian yang dapat mengganggu jalur penerbangan,” tulis Irwan.